Cinta dan perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang
kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat
baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan
manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian,
memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan
mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian
hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan
suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang
biasanya intim dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan
upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga.
Tergantung
budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep
perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus
diresmikan dengan pernikahan.
A. Memilih Pasangan
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak
sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti
memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup
adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan
ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh
lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih
pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak
untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus
benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin
pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang harus
berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan hidup
yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk
mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya
termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri
sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik,
maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia
sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik
hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang
yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam
pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang
sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam
menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya
sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat
dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan
sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang
maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah
tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika teman
kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan juga
kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas dan
kitalah yang lebih pantas.
Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu, mengingat
pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus
melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan
dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat
kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan
meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat
prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya
melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa
jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
Adapun bila kita
dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih
yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu identik
dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki
pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Maka, ketika
sedang memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara
utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama
kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah
kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum
akad nikah, apakah siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut?
Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan.
Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang
ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan
adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
Artikel
Memilih Pasangan dalam Islam
Bagaimana
cara memilih pasangan hidup yang sesuai syariah Islam?
“Aku
menyukaimu karena kebaikanmu. Karena kejujuranmu dan karena keindahan karakter
dan kebenaran kata-katamu.”
Kalimat
di atas adalah kutipan ungkapan Siti Khadijah pada Nabi Muhammad saat Rasulullah
menerima tawaran Khadijah untuk menikah dengannya seperti diceritakan dalam
salah satu kitab biografi Nabi yaitu Siratu Rasulillah karya Ibnu Ishaq.
Siti Khadijah adalah salah satu dari tokoh bangsawan Makkah yang selain kaya juga memiliki wawasan intelektual yang luas pada zamannya. Ia– seorang janda yang ditinggal mati dua suami terdahulu–tahu betul bahwa betapa pentingnya memilih pasangan yang tepat dan benar.
Siti Khadijah adalah salah satu dari tokoh bangsawan Makkah yang selain kaya juga memiliki wawasan intelektual yang luas pada zamannya. Ia– seorang janda yang ditinggal mati dua suami terdahulu–tahu betul bahwa betapa pentingnya memilih pasangan yang tepat dan benar.
Setidaknya
ada tiga pelajaran yang dapat kita petik dari kisah pernikahan Nabi Muhammad
dan Siti Khadijah dan alasannya memilih Nabi sebagai pasangan hidupnya yang
terakhir.
Pertama,
pernikahan adalah hubungan persahabatan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang diharapkan akan berlangsung seumur hidup. Suatu hubungan persahabatan tidak
akan berjalan dengan lancar dan harmonis apabila salah satu atau kedua pasangan
tidak memiliki karakter yang baik.
Karakter
baik dan buruk seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sebelum menjatuhkan pilihan, antara lain, watak bawaan,
lingkungan keluarga , lingkungan sekitar, lingkungan pendidikan dan wawasan
keagamaan. Di antara semuanya, faktor watak bawaan dan wawasan spiritual adalah
dua hal yang paling penting. Dan di antara dua hal ini, wawasan keagamaan
hendaknya menjadi faktor penentu untuk menikahi seseorang. Rasulullah
mengatakan bahwa seorang laki-laki yang menikahi wanita karena kesalihan wanita
itu (fadzfar li dzatiddin) , maka dia akan beruntung (taribat yadaka). Nabi
sangat tidak menganjurkan memilih pasangan hanya karena faktor harta atau fisik
(cantik atau tampan) dengan tanpa melihat kesalihan sebagai pertimbangan utama.
Quran bahkan menegaskan haramnya menikah dengan pria atau wanita nakal (QS
Annur 24:3). Karena selain berdampak pada ketidakharmonisan dalam rumah tangga,
juga berakibat kurang baik dalam proses pendidikan anak.
Kedua,
pendidikan anak dimulai dari saat keputusan kita dalam memilih pasangan.
Karena, menurut sejumlah ahli psikologi, kepribadian seseorang banyak
dipengaruhi oleh dua faktor: keturunan dan lingkungan. Karakter warisan orang
tua menjadi batas-batas kepribadian yang dapat dikembangkan. Sedang
lingkungan—yakni sosial, budaya dan faktor situasional—akan mempengaruhi
perkembangan aktual kepribadian anak dalam lingkup batas-batas tersebut.
Sebagai contoh, Andi adalah seorang anak yang orangtuanya dikenal pemarah, maka tidak heran apabila watak dasar Anda pemarah juga. Akan tetapi sifat pemarahnya jauh berkurang karena dia berteman dengan Budi yang penyabar. Namun, sesabar-sabar Andi, tentu tidak dapat melebihi kesabaran Budi, dst.
Sebagai contoh, Andi adalah seorang anak yang orangtuanya dikenal pemarah, maka tidak heran apabila watak dasar Anda pemarah juga. Akan tetapi sifat pemarahnya jauh berkurang karena dia berteman dengan Budi yang penyabar. Namun, sesabar-sabar Andi, tentu tidak dapat melebihi kesabaran Budi, dst.
Ketiga,
sudah dimaklumi bahwa untuk mencari pasangan hidup yang ideal kita harus
mengenal karakter yang sebenarnya dari calon pasangan kita. Dari kisah Siti
Khadijah ini, kita tahu bahwa untuk mengenal kepribadian calon pasangan, tidak
diperlukan proses pacaran atau “ta’aruf” terlebih dahulu. Yang diperlukan
adalah penilaian orang-orang yang tahu betul perilaku calon pasangan kita.
Itulah
yang dilakukan Siti Khajijah. Untuk mengenal Muhammad secara lebih dekat, Khadijah
berkonsultasi dengan sepupunya Waraqah yang juga seorang pendeta Nasrani. Dia
juga bertanya pada pembantu laki-lakinya yang bernama Maysarah yang menyertai
Nabi dalam ekspedisi bisnis ke Suriah. Ia pun meminta tolong sahabat wanitanya
bernama Nufaysah untuk mengutarakan niatnya pada Muhammad. Yang oleh Muhammad
diterima dengan tangan terbuka.
Sikap
Khadijah yang mengadakan pendekatan lebih dulu ini juga patut dicontoh kaum
perempuan. Apabila seorang wanita sudah merasa menemukan pasangan idealnya, tidak
ada salahnya ia mengadakan pendekatan lebih dahulu. Tentu melalui seorang
perantara, seperti melalui orang tuanya atau tokoh yang dihormati, sebagaimana
dicontohkan oleh Siti Khadijah.[]
B. Hubungan dalam
Perkawinan
Simak dulu
pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage
and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan
dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam
tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap
berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas
waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan
yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun
anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut
Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan
hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu
sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini.
Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga
bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika pasangan
(suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah ini
sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari
istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati
kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa
dia memang pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
Ketika
keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah
menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan
untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari
Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan
untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik,
tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi
motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.
Terjadinya
sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok,
serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita
perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku
begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena
aku Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk terus
bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan
untuknya."
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang
diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi
karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada
hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini,
tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang
berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang
bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan
ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga
kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah
akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan
justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin
menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba
untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan
mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka
biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan
mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor.
Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah
lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor
pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai
manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi
terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati
untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda
mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan
dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang
biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya
tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai
menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita
lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam
pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu
kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin
sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu,
jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah
perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap
untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain Pernikahan
Paradigma
terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah??
Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak
alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup,
kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang
cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan
lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk
menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti
karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk
menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah
pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap
hidup melajang.
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi
posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria
menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat
prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus
pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan
kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi.
Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup
mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang
mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin
mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan
adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita
dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada
menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun
lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan
dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas
untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya
terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman
yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang
ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang,
mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan
sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana
dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul?
Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk
dijawab oleh pelajang.
Seringkali,
pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila
saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar.
Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak
tidak berat jodoh.
Tidak dapat
dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki
pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran
yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka
belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka
untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah
sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya.
Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan
seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan
melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah
pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu
jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu
bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Artikel
Single? It’s so lovely!
Indri
Savitri / 01-Jan-1970
|
|
Masih single…… it’s so lovely ……. Mungkin
ungkapan tersebut penting dipikirkan oleh para perempuan yang masih single.
Status single itu menyenangkan kok. Memang tidak banyak orang yang membahas seru
kehidupan dinamis pada perempuan single. Hal ini bisa dimengerti karena tuntutan kultur
kita menekan perempuan untuk menikah di usia matang. Orang mudah saja
berkomentar, “Kok sudah 27 tahun masih single? Mau jadi perawan tua? Atau jangan-jangan …..” Ini
membuat resah sebagian perempuan yang sudah berusia 25 tahun ke atas tetapi
belum memiliki pasangan apalagi belum menikah. Apa iya sih kita tidak bisa
menjadi perempuan yang ceria, bahagia, dan penuh semangat dengan status yang single?
|
|
Maknailah status single dalam
konteks yang positif dan bahagia dengan cara mengubah cara pandang kita
menjadi lebih positif dalam status single tersebut. Pendekatan psikologi
kognitif membantu kita memaknai kondisi dan diri kita dari sudut pandang yang
positif. Ketika pikiran kita positif maka emosi kita pun lebih menyenangkan
sehingga kita menjadi menikmati hidup kita. Berikut adalah cara yang mudah
untuk memaknai kehidupan perempuan single secara positif. Yuk kita simak ...
Nah, nikmati hidup single Anda dalam
perspektif yang positif.
|
Sumber:
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
-
Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
0 komentar:
Posting Komentar