Teori Kepribadian Sehat
·
Allport
-
Ciri-ciri
kepribadian yang matang : Tujuh kriteria
kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus
dari kepribadian sehat.
1.
Perluasaan perasaan
diri
Ketika
diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran
pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan
cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia
mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya
berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar diri, seperti pekerjaan.
Orang harus menjadi partisipan yang langsungpenuh. Allport menamakan hal ini
“partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Kita
mengetahui bahwa ada kemungkinan mengerjakan sesuatu secara aktif (seperti
suatu kursus perguruan tinggi atau suatu pekerjaan) tanpa merasakan sustu
keterlibatan pribadi yang otentik atau perasaan partisipasi. Dlam pandangan
Alport, suatu aktivitas harus relavan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan sesuatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan
-kemampuan
anda., atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknyamembuat anda
merasa enak, maka anda merupakan seseorang partisipan yang otentik dalam
ekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapat yang
diperoleh; aktivitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lain juga.
Semakin seseorang terlibat
sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia
akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipan otentik ini berlaku bagi
pekerjaan kita, hubungtan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan
keanggotaan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam
aktivitas-aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi
perluasaan perasaan diri.
2.
Hubungan diri yang
hangat dengan orang lain
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain: kapasitas
untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang
yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan kapasitas untuk
keintiman ini adalah sustu perasaan perluasaan diri yang berkembang baik. Orang
mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan
kesejahteraannya; hal ini sama penting dengan kesejahteraan individu sendiri.
Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri
yang berkembang dengan baik.
Ada
perbedaan antara hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan
cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus
menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya.
Apabila mereka memberi cinta, maka itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang tidak bersifat timbal balik. Cinta dari orang-orang
yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Perasaan
terhuru, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi
dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat
memiliki kapasitas umtuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan,
ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan
manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang
sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai
hasil dari kapasitas untuk perasaan terhuru, kepribadian yang matang sabar
terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang
yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari
pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3.
Keamanan emosional
Sifat
dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utamanya
adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua
segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan
tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan
tersebut. Misalnya, oramg-orang yang matangdapat menerima dorongan seks mereka
tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti yang dapat terjadi dengan
orang-orang yang neurotis. Orang-orang yang sehat mampu hidup dengan ini dan
segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka
atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses
mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
Kepribadiaan-kepribadian
yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia; mereka bukan tawanan dari
emosi-emosi mereka; dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi
itu. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga
emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antar pribadi. Kontrol ini
bukan merupakan represi tetapi emosi-emosi diarahkan kembali kedalam
saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis
menyerah pada emosi apa saja dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan
kemarahan atau kebencian, betapapun perasaan-perasaan ini mungkin tidak tepat.
Kualitas
lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut allport “sabar terhadap
kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang beraksi terhadap tekanan
dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan. Orang-orang
yang sehat sabar mengahadapi kemunduran-kemunduran ini; mereka tidak
menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang
berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sama atau tujuan-tujuan subtitusi. Kekecewaan-kekecewaan tidak melumpuhkan
kepribadian-kepribadian yang sehat seperti kerapkali terjadi dengan orang-orang
yang neorotis.
Orang-orang
yang matang tidak dapat begitu sabar terhadap kekecewaan, tidak dapat begitu menerima diri, atau tidak dapat
begitu banyak mengontrol emosi mereka, jika mereka tidak merasakan suatu
perasaan dasar akan keamanan. Mereka telah belajar menghadapi
ketakutan-ketakutan hidup dan ancaman-ncaman
terhadap ego dengan perasaan seimbang dan mereka telah mengetahui bahwa
tekanan-tekanan itu tidak selalu menimbulkan malapetaka. Orang-orang yang sehat
tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi
mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan
tersebut dengan lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.
4.
Persepsi realistis
Orang-orang
sehat yang memandang dunia meraka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang
neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakukan-ketakutan mereka
sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau
situasi-situasi semuanya jahat atau semaunya baik menurut suatu prasangka
pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5.
Keterampila-keterampilan
dan tugas-tugas
Allport
menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri
didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan.
Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relavan;
kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secra ikhlas, antusias
melibatkan dan menempatan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport
mengungkapkan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang meiliki
keterampilan-keterampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan
orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka
pada pekerjaan mereka. Komitmen dalam orang-orang yang sehat ini begitu kuat
sehinga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan
ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan
mereka. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya dengan gagasan tentang
tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif. Allport mengutip apa
yang dikatakan oleh Harvey Cushing ahli bedah otak yang terkenal,”satu-satunya
cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan
dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak
mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa
melakukan pekerjaan yang pentingdan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan
keterampilan-keterampilan.
6.
Pemahamandiri
Kriterium
ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu”, tentu merupakan suatu
tugas yang sulit. Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal
kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu
tingkat pemahaman diri (self-objec-tification) tentu yang berguna dalam setiap
usia.kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih
tinggi daripada orang-orang yang neurotis.
Pengenalan
diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/ perbedaan anatara
gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan
yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka
individu juga semakin matang. Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara
apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan apa yang dipikirkan
orang-orang lain tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat
orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
7.
Filsafat hidup yang
mempersatukan
Orang-orang
yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana
jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu
tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan
ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.
Allport
menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang
sehat daripada orang-orang menuju suatu tujuan (atau rangkaian tujuan) serta
memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang
tetap dari tujuan-tujuan yang berarti; tanpa tujuan-tujuan itu kita mungkin
akan mengalami masalah-masalah kepribadian. Jadi, bagi Allport rupanya mustahil
memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah kemasa
depan.
·
Rogers
-
Perkembangan
kepribadian:
Rogers tidak
terlalu memberi perhatian kepada teori kepribadian. Baginya cara mengubah dan
perhatian terhadap proses perubahan kepribadian jauh lebih penting dari ada
karakteristik keppribadian itu sendiri. Namun demikian, karena dalam konseling
selalu memperhatikan perubahan – perubahan kepribadian, maka atas dasar
pengalamannya Rogers memiliki pandangan khusus yang sekaligus menjadi dasar
dalam menerapkjan asumsi – asumsinya terhadap proses konseling.Rogers
mengungkapkan terdapat tiga unsur yang sangat essensial dalam hubunbgannya
dengan kepribadian, yaitu ;
1.
Self adalah bagian dari kepribadian
yang terpenting dalam pandangan Rogers. Self disebut pula self concept,
merupakan persepsi dan nilai – nilai individu tentang dirinya atau hal – hal
lain yang berhubungan dengan dirinya.
Self meliputi dua hal :
(a) Self real, merupakan gambaran sebenarnya tentang dirinya yang
nyata,
(b) Ideal self, merupakan apa yang menjadi kesukaan, harapan, atau yang
idealisasi tentang dirinya.
2. Medan
Fenomenal (fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman seseorang
yang diterimanya baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kita mampu
memahami fenomenal field seseorang hanya dengan menggunakan kerangka pemiiran
internal individu yang bersangkutan (imternal frame of referance)
3.
Organisme, merupakan keseluruhan totalitas imdividu yang meliputi ; pemikiran,
perilaku dan keadaan fisik. Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan
dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
Kepribadian
menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus menerus antara
organisme, self dan medan fenomenal. Untuk memahami perkembangan kepribadian
perlu dibahas tentang dinamika kepribadian berikut
1. Kecenderungan mengaktualisasikan diri.
Rogers
beranggapan bahwa organismw manusia adalah unik dan memiliki kemampuan untuk
mengarahkann mengatur, mengontrol dirinya dan mengembangkan potensinya.
Kecenderungan mengaktalisasikan ini sifatnya terarah, konstruktif dan ada dalam
kehidupannya. Kecenderungan mengaktualisasi sebagai daya dorong ( motive
force ) individu, yang bersufat inherent, karena sudah dimiliki sejak
dilahirkan, hal ini ditunjukan dengan kemampuan bayi untuk memberikn penilaian
apa yang terasa baik (actualizing) dan yang terasa tidak baik (nonactualizing)
terhadap peristiwa yang diterimanya.
2. Penghargaan positif dari orang lain
Self
berkembang dari interaksi yang dilakukan oeganisme dengan realitas
lingkungannya, dan hasil interaksi ini menjadi pengalaman bagi ndividu.
Lingkngan sosial yang sangat berpengaruh adalah orang – orang yang bermakna
baginya, seperti orang tua atau terdekat lainnya. Seseorang akan berkembang
positif, apabila di dalam berinteraksi itu mendapatkan penghargaan, penerimaan,
dan cinta dari orang lain (positive regard). Tentunya penghargaan
positif yang diberikan kepada individutidak diberikan dengan cara memaksa atau
bersyarat karena pemberian penghargaan yang bersyarat akan menghambat
pertumbuhannya.
3. Person yang berfungsi secara utuh.
Individu
yang terpenuhi kebutuhannya, yaitu memperoleh penghargaan positif tanpa syarat
dan mengalami penghargaan diri, akan dapat memncapai kondisi yang kongruensi
antara self dan engalamannya, pada akhirnya dia akan dapat mencapai penyesuaian
psikologis secara baik. Rogers menegaskan bahwa orang yang demikian ini menjadi
pribadi yang berfungsi secara sempurna (fully functional person), yang
ditandai oleh keterbukaan terhadap pengalaman, percaya kepada organismenya
sendiri, dapat mengekpresikan perasaan – perasaannya secara bebas, bertindak
secara mandiri, dan krteatif (Rogers, 1970). Fully functioning ini pada
dasrnya sebagai tujuan hidup manusia.
Inti dari
teori- teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk
mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya
asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan
individu untuk aktualisasi diri. Rogers menerima istilah self dari pengalaman-
pengalaman realita masing- masing individu.
B. Peranan Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Positive
regards, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes,dimiliki semua orang, setiap
anak terdorong untuk mencari positive regards.Cara-cara khusus bagaimana
diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung
pada cinta yang diterima anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri itu mulai
berkembang,anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan
ini “penghargaan positif” (positive regards). Anak puas kalau dia
menerima kasih sayang,cinta,dan persetujuan dari orang-orang lain,tetapi dia
kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.
Oleh karena itu,peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Berikan
anak cinta dan kasih sayang yang seutuhnya,jangan sampai anak tidak mengenali
figur dari salah satu atau kedua orang tuanya. Karena hal itu akan berpengaruh
negatif bagi perkembangan anak. Anak akan tumbuh menjadi suatu kepribadian
sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regards ini
dipuaskan dengan baik. Anak mulai mengembangkan sesuatu “pengertian-diri” (self-concept)
melalui positive regards.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need
for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
Pribadi yang
berfungsi sepeuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak
bersyarat. Mengapa? Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai
sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.
C. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
Orang yang
demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi
kepribadian tertutup. Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak
hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi
juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan
ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi
menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan,
tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang
berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih ”emosional” dalam pengertian bahwa
dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan
maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang
defensif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar
dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka
dari itu, ada kegembiraan karena setiap pengalaman tersingkap.Rogers percaya
bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat
esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu
yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu
struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen
yang berikutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang
Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik
dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “Apabila
suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka
aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh
perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada
pikiran saya”?. Seseorang yang beroperasi semata-mata atas dasar rasional atau
intelektual sedikit banyak adalah cacat, karena mengabaikan faktor-faktor
emosional dalam proses mencapai suatu keputusan. Semua segi organisme-sadar,
tak sadar, emosional, dan juga intelektual harus dianalisis dalam kaitannya
dengan masalah yang ada. Karena data yang digunakan untuk mencapai suatu
keputusan adalah tepat (tidak diubah) dank arena seluruh kepribadian mengambil
bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan
keputusan mereka, seperti mereka percaya diri mereka sendiri.
Sebaliknya orang yang defensive
membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah
lakunya. Misalnya, dia mungkin dibimbing oleh ketakutan terhadap apa yang akan
dipikirkan orang-orang lain, terhadap pelanggaran suatu adat sopan santun atau
karena kelihatan bodoh. Karena orang yang defensif tidak mengalami sepenuhnya,
maka ia tidak memiliki data yang lengkap dan tepat tentang semua segi dari
suatu situasi, Rogers menyamakan orang ini dengan suatu komputer yang
diprogramkan untuk menggunakan suatu bagian dari data yang relevan.
4. Perasaan Bebas
Sifat kepribadian yang sehat ini
terkandung dalam pembicaraan kita di atas. Rogers percaya bahwa semakin
seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk
memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau
peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka
orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu
melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi
sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar
untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Orang-orang
yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka
sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang
– sebagaimana dikemukakan Rogers – yang akan mengungkapkan diri mereka dalam
produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang
kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah laku spontan, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang
beraneka ragam sekitar mereka.
·
Maslow
-
Hirarki kebutuhan
manusia hingga mencapai tingkat aktualisasi diri :
Maslow mengembangkan teori tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai
“hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika
satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi
sebagai berikut:
1.
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang
dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan
kebutuhan jasmani lainnya.
2.
Kebutuhan akan rasa aman: mencakup
antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3.
Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan
akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4.
Kebutuhan akan penghargaan: mencakup
faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta
faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri:
mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi
apa saja menurut kemampuannya.
Maslow menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis atau
perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow
mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey, yang
dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi
Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.
-
Identifikasi Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara
fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur,
istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri,
dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali
makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah
terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera
kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan
mendominasi perilaku manusia.
Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang
paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat
merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan
bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang
lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin
sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.
-
Identifikasi Kebutuhan Rasa Aman
Segera setelah kebutuhan dasariah
terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa
aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan
akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak
membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak
menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal
itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang
yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta
akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak
diharapkan.
-
Identifikasi Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan
rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi
motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri,
suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih
dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di
tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan
mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa
bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan
cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia
akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan,
tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
-
Identifikasi Kebutuhan akan
Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam
masyarakat (kecuali beberapa kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau
menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat,
dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri. Karenanya,
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara
internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga
diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang
memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini
adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng
atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
-
Identifikasi Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus
berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang,
dan menggunakan kemampuannya disebut Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow
juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan
penghargaan terpuaskan secara memadai.
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini
merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan
sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk
membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang
perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman
spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan
sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan.
Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus
dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima. Dalam makalah ini,
gagasan aktualisasi diri akan mendapat sorotan lebih luas dan dalam sebelum
masuk dalam pembahasan penerapan teori.
-
Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri
Dari hasil penelitian yang merupakan
proses analisis panjang, Maslow akhirnya mengidentifikasikan 19 karakteristik
pribadi yang sampai pada tingkat aktualisasi diri.
1. Persepsi
yang jelas tentang hidup (realitas), termasuk kemampuan untuk mendeteksi
kepalsuan dan menilai karakter seseorang dengan baik. Berkat persepsi yang
tajam, mereka lebih tegas dan jitu dalam memprediksikan peristiwa yang bakal
terjadi. Mereka lebih mampu melihat dan menembus realitas-realitas yang
tersembunyi dalam aneka peristiwa; lebih peka melihat hikmah dari pelbagai
masalah.
2. Pribadi demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan
keinginan mereka. Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang
teraktualisasi diri tidak akan membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat
pribadi menyesatkan pengamatan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin
hanya mau mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun
menyangkut hal yang tidak benar dan jujur.
3. Mempunyai spontanitas yang lebih tinggi. Mereka lebih peka terhadap inner
life yang kaya dan tidak konvensional, serta memiliki kemampuan untuk
melihat dunia dari sudut pandang baru dan menghargai keindahan dalam hal-hal
yang biasa. Biasanya mereka tidak merasa perlu menyembunyikan perasaan atau
pikiran mereka, atau bertingkah laku yang dibuat-buat. Pribadi teraktualisai
punya selera yang tinggi terhadap seni, musik, dan masalah-masalah politik dan
filsafat.
4. Keterpusatan-pada-masalah. Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian
pada pertanyaan dan tantangan dari luar diri, memiliki misi atau tujuan yang
jelas sehingga menghasilkan integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi.
Mereka mempunyai komitmen yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan
mampu melupakan diri sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan,
tugas, atau panggilan yang mereka anggap penting.
5. Merindukan kesunyian. Selain mencari kesunyian yang menghasilkan
ketenteraman batin, mereka juga dapat menikmatinya.
6. Mereka sangat mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain.
Mereka punya keinginan yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari
kebebasan neurotik (yang serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka
terlihat sangat otonom, karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada
kapasitas sendiri. Inilah paradoksnya: mereka adalah orang yang paling
individualis sekaligus sosial dalam masyarakat. Bila mereka menaati suatu
aturan atau perintah, hal itu didasarkan pada pemahaman akan manfaat yang dapat
dicapai dari pemenuhan aturan yang bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.
7. Ada kalanya mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak
experience); saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik,
saat diliputi perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau
ekstase. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara
luar biasa. Kadang-kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak
jarang mereka mengalami flow dalam kegiatan yang mereka lakukan.
8. Rasa kekeluargaan terhadap sesama manusia yang disertai dengan semangat
yang tulus untuk membantu sesama.
9. Pribadi unggul ini lebih rendah hati dan menaruh hormat pada orang lain.
Mereka yakin bahwa dalam banyak hal mereka harus belajar dari orang lain. Hal
ini membuat mereka mampu untuk mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran.
Keutamaan (virtue) ini lahir dari pemahaman yang lebih dalam tentang
diri sendiri. Sama seperti anak-anak, mereka mampu mendengarkan orang lain
tanpa apriori atau penilaian sebelumnya. Maslow menyebut keunggulan ini sebagai
“Being cognition” atau “B-cognition”; pengamatan yang pasif dan
reseptif.
10. Mereka memiliki etika yang jelas tentang apa yang baik dan apa yang
jahat. Namun bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah
menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai
nilai-nilai yang lebih luhur.
11. Selera humor yang baik. Mereka tidak tertarik pada pelbagai lelucon
yang melukai atau menyiratkan inferioritas yang membuat orang lain merasa
dilecehkan. Mereka lebih menyukai humor yang filosofis, kosmik, atau yang nilai
humornya terkandung dalam logika kata-kata. Mereka juga menonjol dalam hal
toleransi terhadap kelemahan-kelemahan alamiah orang lain. Namun mereka sangat
anti terhadap ketidakjujuran, penipuan, kebohongan, kekejaman, dan kemunafikan.
12. Kreatif dalam mengucapkan, melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat
ini dikaitkan dengan fleksibelitas, tidak takut membuat sesuatu yang di
kemudian hari ternyata adalah kesalahan, dan keterbukaan. Seperti seorang anak
yang lugu, mereka tidak takut berkreasi karena cemoohan orang lain. Mereka
kreatif dan melihat aneka peristiwa secara segar tanpa prasangka. Menurut
Maslow, hampir setiap anak mampu membuat lagu, sajak, tarian, lakon, atau
permainan secara mendadak, tanpa direncanakan atau didahului oleh maksud
tertentu sebelumnya. Demikian jugalah kira-kira kreativitas orang yang
teraktualisasi diri.
13. Mereka memiliki penghargaan yang sehat atas diri sendiri bertolak dari pengenalan
akan potensi diri mereka sendiri. Mereka bisa menerima pujian dan penghargaan
tetapi tidak sampai tergantung pada penghargaan yang diberikan orang lain.
Mereka tidak mendewakan kemasyhuran dan ketenaran kosong.
14. Ketidaksempurnaan. Mereka tentu juga mempunyai perasaan bersalah,
cemas, bersalah, iri dan lain-lain. Namun perasaan itu tidak seperti yang
dialami orang-orang yang neurotis. Mereka lebih dekat dengan cara pikir
positif. Mereka tidak selalu tenang, kadang-kadang bisa meledakkan amarah pula;
bosan dengan obrolan basa-basi , omong-kosong, dan hiruk-pikuk suasana pesta.
15. Mereka mempunyai “hirarki nilai” yang jelas. Mereka mampu melihat dan
membedakan mana yang lebih penting dan harus diprioritaskan dalam situasi
tertentu. Kadar konflik dirinya rendah. Mereka memiliki lebih banyak energi
untuk tujuan-tujuan yang produktif daripada menghabiskan waktu untuk menyesali
diri dan keadaan. Bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk
tidaklah menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan lebih
menyukai nilai-nilai yang lebih luhur, dan dengan tulus mengikutinya. Bagi
orang-orang ini, disiplin diri relatif mudah sebab apa yang ingin mereka
lakukan sejalan dengan apa yang mereka yakini benar. Nilai-nilai mereka
didasarkan pada apa yang nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan orang
lain kepada mereka.
16. Resistensi terhadap inkulturisasi. Mereka mampu melihat hal-hal di luar
batasan kebudayaan dan zaman. Maslow menyebut mereka mempunyai apa yang disebut
“kemerdekaan psikologis”. Hal itu tercermin dari keputusan-keputusan mereka
yang terkadang “melawan arus” pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan
menolak kebudayaan mereka jika memang tidak sejalan dengan akal sehat. Untuk
hal-hal kecil seperti sopan-santun, bahasa, dan pakaian, makanan, dan
sebagainya tidak dipermasalahkan. Tapi bila menyangkut hal-hal yang dirasa
melawan prinsip-prinsip dasar, mereka dapat bersikap bebas mandiri dan
bertindak di luar kebiasaan.
17. Mereka cenderung mencari persahabatan dengan orang yang memiliki
karakter yang sama, seperti jujur, tulus hati, baik hati dan berani, namun
tidak menghiraukan ciri-ciri superfisial seperti kelas sosial, agama, latar
belakang ras, dan penampilan. Dalam hal ini mereka tidak merasa terganggu oleh
perbedaan-perbedaan. Makin matang kepribadiannya, mereka makin tidak peduli
dengan penampilan ayu, tubuh tegap, badan montok, dan sebagainya. Sebaliknya
mereka amat menjunjung tinggi soal kecocokan, kebaikan, ketulusan, dan
kejujuran.
18. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang yang teraktualisasi diri
cenderung membina hidup perkawinan yang kokoh, bahagia, dan berlangsung seumur
hidup. Dalam pribadi yang sehat, perkawinan yang terbina memungkinkan kedua
belah pihak saling meningkatkan kepercayaan dan harga diri, saling memberikan
manfaat.
19. Mereka itu sangat filosofis dan sabar dalam menuntut atau menerima
perubahan yang perlu secara tertib. Sementara kebanyakan orang dalam masyarakat
cenderung bersikap sangat praktis atau sangat teoritis, orang yang teraktualisasi
diri lebih condong bersikap praktis sekaligus teoritis tergantung kondisi yang
bersangkutan. Mereka berusaha mencintai dunia apa adanya, dengan tetap membuka
mata pada kekurangan yang ada seraya berupaya memperbaikinya.
·
Erich
fromm
-
Ciri-ciri kepribadian
sehat :
Ketika Erich Fromm (1900-) berusia
12 tahun, seorang wanita muda yang cantik dan berbakat, sahabat dari
keluarganya, membunuh diri. Fromm sangat tergoncang oleh tragedi ini, untuk itu
rupanya tidak ada penjelasan yang masuk akal. Tidak ada orang yang dapat
memahami mengapa dia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Peristiwa itu sangat
menyentuh Fromm, tetapi peristiwa tersebut bukanlah perjumpaannya yang pertama
dan yang terakhir dengan tingkah laku irasional.
Sebagai satu-satunya anak dari orang
tua neurotis, Fromm bertumbuh dalam satu rumah tangga yang dilukiskannya
sebagai rumah tangga yang tegang. Ayahnya suka murung, cemas dan muram,
sedangkan ibunya mudah menderita depresi hebat. Kelihatannya Fromm yang muda
itu tidak dikelilingi oleh kepribadian-kepribadian yang sehat. Masa kanak-kanak
dan remajanya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap
tingkah laku neurotis.
Dari pengalaman-pengalaman yang
membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan
sumber dari tingkah laku manusia irasional. Dalam tahun-tahun berikutnya, Fromm
mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri tentang kepribadian dalam suatu
seri buku-buku yang sangat popular. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai
yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam
masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah
mempengaruhi perkembangan spesies manusia.
Fromm menulis, “Kita adalah
orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat di
mana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural begitu penting,
Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan
sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat
itu. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah
kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka akan demikian juga
halnya individu. Apakah sebagian kepribadian itu sehat atau tidak sehat
tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang positif.
Pendekatan Fromm Terhadap Kepribadian
Fromm melihat kepribadian hanya
sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa
harus di definisikan menurut bagaimna baik nya masyarakat menyesuaikan diri
dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana
baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu
kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha masyarakat. Faktor
kunci ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan
manusia.
Suatu masyarakat yang tidak sehat
atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam
anggota-anggotanya, dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu.
Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta
satu sama lain, menjadi produktif yang kreatif, mempertajam dan memperhalus
tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang
berfungsi sepenuhnya. Tetapi apabila kekuatan-kekuatan sosial mencampuri
kecenderungan kodrati untuk pertumbuhan, akibatnya ialah tingkah laku irasional
dan neurotis, masyarakat-masyarakat yang sakit menghasilkan orang-orang yang
sakit.
Sebagai hasil perkembangan dari analisis-analisis historisnya, Fromm
melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberartian.
Menurut Fromm, kita adalah makhluk yang unik dan kesepian. Sebagai akibat
evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, kita tidak lagi bersatu
dengan alam, kita telah mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang,
tingkah laku kita tidak terikat pada mekanisme-mekanisme instinktif. Akan
tetapi perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang yang lebih rendah
terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri, pikiran, dan khayal. Kita
mengetahui bahwa kita akhirnya tidak berdaya, kita akan mati, dan terpisah dari
alam.
Terdapat kebebasan kepribadian yang
lebih besar dalam interaksi-interaksi dengan orang-orang lain dan dengan Allah,
dan peranan-peranan sosial lebih fleksibel. Orang lebih mampu memilih kehidupan
pribadi. Tentu saja, kita mencapai perasaan bebas yang lebih besar dengan
mengorbankan ikatan-ikatan yang telah memberikan perasaan aman dan perasaan memiliki.
Akibatnya, ciri kondisi manusia ialah perasaan isolasi dan alienasi, tidak
hanya dari alam tetapi juga dari masyarakat dan sesama kita manusia. Kita bebas
dari perbudakan dan tata tertib sosial yang kaku, tetapi karena kita semakin
tidak aman, maka kita tidak bebas mengembangkan potensi-potensi kita yang
penuh, hakikat yang penuh dari diri kita.
Dorongan Kepribadian Yang Sehat
Sebagai organisme yang hidup, kita
didorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan,
dan seks. Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah
kebutuhan-kebutuhan psikologis. Semua manusia sehat dan tidak sehat didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan antara mereka terletak dalam cara
bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang-orang yang
sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.
Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan
keamanan :
1. Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan
utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita
masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita
harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu
perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang
hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan
atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan
psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara adalah
destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang
dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain,
kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan
menundukan diri, orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari
seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan
lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan
menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat
untuk berhubunagn dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan
akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan
individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian
erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak, cinta kepada diri
sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas dengan semua orang
dan mencintai mereka.
2. Trasendensi
Erat hubungannya dengan kebutuhan
hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan
pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian
aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk
melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari
kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan
(anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi
kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu
perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat
untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia
karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila
seseorang tidak mampu menjadi kreatif ? kebutuhan akan transendensi harus
dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara
yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah
destruktivitas. Destruktivitas , misalnya kreativitas, merupakan suatu
keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki
seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci,
tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan
kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi,
kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
3. Berakar
Cara yang ideal adalah membangun
suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan
keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan
solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar,
untuk berkoneksi da berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk
berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan
ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan
rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan
sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok
keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat,
seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan
solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan
perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang
merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya
mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan
suatu bagian kemanusiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh
potensi manusianya.
4. Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan suatu
perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang
menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia,
siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah
individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu
tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan
yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita
berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa
kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami
diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan
mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas
ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan
kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan
tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menemukan semacam
identitas.
5. Kerangka orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka
orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk
mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang
terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri)
secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya
dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan
orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan.
Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan,
jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia
luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan.
Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat
irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia,
peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya
tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu
kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka
subjektif mungkin merupakan khyalan tetapi tetap riil bagi individu yang
mempertahankannya.
Kodrat Kepribadian Yang Sehat
Orang-orang yang demikian mencintai
sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat
berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan
identitas yang kuat, berhubungan dan berakar dengan dunia, subjek atau pelaku
dari diri dan nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebut kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif. Konsep
itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi
manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu
merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi
kehidupan, renspons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa didunia dan terhadap diri.
Menjadi produktif berarti orang menggunakan semua tenaga dan potensinya.
Kata “produktif” mungkin menyesatkan karena kita cenderung memikirkan kata itu
dalam pengertian manghasilkan sesuatu seperti barang-barang material,
karya-karya seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih luas
daripada ini. Mungkin berguna kalau memikirkan produktivitas itu sinonim dengan
berfungsi sepenuhnya, mengaktualisasikan diri, mencintai, keterbukaan, dan
mengalami. Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua
potensi mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka, dengan
memenuhi semua kapasitas mereka.
Empat segi tambahan dalam
kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm
dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan ini adalah cinta yang
produktif, pikiran yang produktif, kebahagiaan, dan suara hati. Karena cinta
yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab,
respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam
pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan
mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini berarti
memikul tanggung jawab untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau
mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka juga orang-orang yang dicintai
dipandang dengan respek dan menerima individualitas mereka, mereka dicintai
menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk menghormati mereka, kita harus memiliki
pengetahuan penuh terhadap mereka, kita harus memahami mereka siapa dan apa
secara objektif.
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas.
Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran.
Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya
bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana
pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara
objektif seluruh masalah.
Orang-orang yang produktif ialah orang-orang yang berbahagia. Fromm menulis
bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang
“dalam seni kehidupan”. Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling
hebat. Fromm membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang
memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara,
atau suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang
itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati
humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu perantara dari luar.
Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan individual.
Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya
dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan
rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan
produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.
Sebagai suatu masyarakat dimana tidak ada orang yang dieksploitasi atau
dimanipulasi untuk suatu maksud lain selain untuk mencapi perkembangan diri
yang maksimal. Dalam masyarakat yang akan datang ini, kemanusiaan kita akan
menjadi fokus, gerakan-gerakan ekonomis dan politis akan bertujuan untuk
membantu pertumbuhan dan fungsi yang penuh manusia. Cita-cita masyarakat ini
ialah cinta, solidaritas manusia, dan persaudaraan, partisipasi yang bertanggung
jawab dari setiap individu dalam kehidupannya sendiri dan dalam masyarakat,
bimbingan tingkah laku menurut perasaan diri setiap orang dan penggunaan setiap
manusia secara penuh dan produktif.
Kepribadian yang sehat menurut Erich
Fromm adalah, pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan
secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai
beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas
dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain,
kelompok, dan Tuhan. Transendensi (kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif,
melampaui perasaan tercipta menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan
berakar yang diperoleh melalui persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan
keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan
identitas sebagai individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of
reference) yang mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai
peristiwa. Menurut tokoh lain, Viktor Frankl, hakekat eksistensi manusia
terdiri dari tiga faktor, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab.
Sama seperti Fromm, dan tokoh-tokoh lain yang menggambarkan kepribadian yang
sehat (Carl Rogers, Maslow, Fritz Pearls), Frankl juga menegaskan faktor
kebebasan/independency/otonomi (kebalikan dari ketergantungan).
Kegagalan dalam menegakkan tiga faktor tersebut akan mengakibatkan frustrasi
eksistensial yang ditandai oleh perasaan hampa/absurd (ragu akan makna
hidupnya sendiri). Ada 4 segi tambahan dari kepribadian sehat yaitu cinta,
pikiran, kebahagiaan, dan suara hati yang produktif. Cinta yang produktif
adalah cinta yang memperhatikan serta membantu pertumbuhan dan perkembangan
orang lain. Pikiran yang produktif adalah pikiran yang berfokus pada
gejala-gejala dan mempelajarinya secara keseluruhan, bukan hanya dalam
potongan-potongan. Suara hati yang produktif adalah suara hati yang memimpin
dan mengatur diri sendiri. Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia
yang bebas dan sederajat dimana partner-partner dapat mempertahankan
individualitas mereka. Diri orang tidak terserap atau hilang dalam cinta
terhadap orang lain. Diri tidak berkurang dalam cinta produktif, melainkan
diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan akan hubungan tercapai,
tetapi identitas dan kemerdekaan seseorang terpelihara Cinta yang produktif itu
merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu nafsu. Cinta yang produktif tidak
terbatas pada cinta yang erotis, tetapi mungkin merupakan cinta persaudaraan. Tercapainya
cinta yang produktif merupakan salah satu dari prestasi-prestasi kehidupan yang
lebih sulit. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian
memelihara mereka) kesejahteraan mereka, membantu pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Mencintai berarti memikul tanggung jawab untuk orang-orang lain. Fromm
mengingatkan bahwa cinta yang produktif ini sukar dicapai. Pikiran yang
produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang
produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikiran
yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajari dan bukan pada
kepingan-kepingan atau potongan-potongan gejala yang terpisah. Fromm percaya
bahwa semau penemuan dan wawasan yang hebat pasti melibatkan pikiran objektif.
Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan
dengan orientasi produktif. Kebahagiaan bukan karena suatu perasaan atau
keadaan yang menyenangkan melainkan kondisi yang meningkatkan seluruh
organisme, menghasilkan penambahan gaya hidup, meningkat kesehatan fisik, dan
pemenuhan potensi-potensi seseorang. Fromm menyatakan bahwa suatu perasaan
kebahagiaan merupakan bukti bagaimana keberhasilan seseorang ”dalam seni
kehidupan”. Suara hati ada dua tipe suara hati, yaitu suara hati otoriter dan
suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang
diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Apabila orang itu
bertingkah laku berlawanan dengan kode moral itu (atau bahkan berpikir untuk
bertingkah laku demikian), maka dia mengalami perasaan bersalah. Jadi ’wasit’
dari tingkah laku dan pikiran terletak diluar diri dan bertindak untuk
menghalangi fungsi dan pertumbuhan yang penuh dari diri.
Sumber :
Schultz, D.
(1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat.
Alih bahasa
: Yustinus. Yogya : Kanisius
• Nurihsan,
J. 2007.Teori Kepribadian.Bandung .T Remaja Rosdakarya.
•
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo
Persada.Jakarta.
• Hall,
Calvin S.,Lindzey, Gardner. 1993. Teori Kepribadian 1: Teori-Teori
Psikodinamk
( Klinis ). Kanisius. Yogyakarta.
• Hall,
Calvin S,. Lindzey, Gardner. 1993. Psikologi Kepribadian 2 : Teori-
Teori
Holistik ( Organisnik-Fenomenologi ). Kanisius. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar