Kesehatan mental
Konsep
sehat : Sehat yaitu suatu kondisi dimana seluruh bagian diri individu atau
manusia dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya
sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki
kebahagiaan dalam hidupnya. Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa
terdapat banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene)
yaitu: (1) karena tidak mengalami gangguan mental, (2) tidak jatuh sakit akibat
stessor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya, dan (4) tumbuh dan berkembang secara positif.
Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Ada bukti dibatasi oleh untuk menilai keberadaan atau sifat
gangguan mental sebelum catatan tertulis. psikologi evolusi menunjukkan
bahwa beberapa disposisi genetik yang mendasari, mekanisme psikologis dan
tuntutan sosial yang hadir, meskipun beberapa gangguan mungkin telah berkembang
dari suatu ketidaksesuaian antara lingkungan leluhur dan kondisi
modern.Beberapa kelainan perilaku istimewa telah ditemukan pada kera besar
non-manusia.
Ada bukti dari zaman Neolitik dari praktek trepanation (memotong
lubang besar ke dalam tengkorak), mungkin sebagai upaya untuk menyembuhkan
penyakit yang mungkin telah memasukkan gangguan mental.
1. Mesir dan Mesopotamia
catatan Limited dalam dokumen Mesir kuno yang dikenal sebagai
papirus Ebers muncul untuk menggambarkan kondisi gangguan konsentrasi dan
perhatian, dan gangguan emosi di hati atau pikiran. Beberapa ini telah
ditafsirkan sebagai menunjukkan apa yang kemudian akan disebut histeria dan
melankolis. perawatan somatik biasanya termasuk menerapkan cairan tubuh
saat membaca mantra magis. Halusinogen mungkin telah digunakan sebagai
bagian dari ritual penyembuhan. candi agama mungkin telah digunakan
sebagai terapi retret, mungkin untuk induksi negara reseptif untuk memudahkan
tidur dan menafsirkan mimpi
2. India
Kuno suci Hindu dikenal sebagai Ramayana dan Mahabharata berisi
uraian fiksi negara depresi dan kecemasan. gangguan mental pada umumnya
dianggap mencerminkan entitas metafisik abstrak, agen supranatural, ilmu sihir
atau ilmu sihir. Sebuah karya yang dikenal sebagai Samhita Charaka dari
sekitar tahun 600 SM, bagian dari Ayurveda Hindu (“pengetahuan tentang
kehidupan”), melihat sakit sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara tiga
jenis cairan tubuh atau kekuatan yang disebut (Dosha).tipe kepribadian yang
berbeda juga dijelaskan, dengan kecenderungan yang berbeda untuk kekhawatiran
atau kesulitan.Disarankan menyebabkan termasuk diet yang tidak pantas, tidak
menghormati terhadap, guru dewa atau lainnya; shock mental karena ketakutan
yang berlebihan atau sukacita; dan aktivitas tubuh yang salah. Perlakuan
termasuk penggunaan bumbu dan salep, daya tarik dan doa, persuasi moral atau
emosional, dan mengejutkan orang.
3. China
Gangguan Jiwa dirawat terutama di bawah Pengobatan Tradisional
Cina dengan herbal, akupuntur atau “terapi emosional”. Canon Batin Kaisar
Kuning dijelaskan gejala, mekanisme dan terapi untuk penyakit mental, yang
menekankan hubungan antara organ-organ tubuh dan emosi. Kondisi tersebut
diperkirakan terdiri dari lima tahap atau elemen dan ketidakseimbangan antara
Yin dan Yang.
4. Ibrani dan Israel
Bangsa kuno Israel dibentuk oleh orang-orang dengan asal di
Mesopotamia dan Mesir. Konsep Allah yang tunggal, secara bertahap
diartikulasikan dalam Yudaisme, menyebabkan pandangan bahwa gangguan mental
bukan masalah seperti yang lain, yang disebabkan oleh salah satu dewa, tetapi
lebih disebabkan oleh masalah dalam hubungan antara individu dan
Tuhan. Ayat-ayat dari Alkitab Ibrani / Perjanjian Lama telah ditafsirkan
sebagai gangguan menggambarkan suasana di tokoh-tokoh seperti Ayub, Raja Saul
dan dalam Mazmur Daud.
Periode Modern
16 ke abad 18
Beberapa orang mental terganggu mungkin telah menjadi korban
dari penyihir-perburuan yang tersebar di gelombang di Eropa modern awal
Namun,. Yang dinilai gila semakin mengakui lokal, poorhouses workhouses
dan penjara-penjara (khususnya “orang miskin gila”) atau kadang-kadang ke
madhouses swasta baru Pengekangan dan kurungan paksa digunakan untuk mereka
yang diduga berbahaya terganggu atau berpotensi kekerasan terhadap diri mereka
sendiri, orang lain atau properti. Yang terakhir ini mungkin tumbuh dari
pengaturan penginapan bagi individu tunggal (yang, dalam
workhouses, dianggap mengganggu atau tidak bisa diatur), maka ada beberapa
catering yang masing-masing hanya segelintir orang, maka mereka secara bertahap
diperluas (misalnya 16 di London pada tahun 1774, dan 40 oleh 1819). Pada
pertengahan abad ke-19 akan ada 100 sampai 500 narapidana di
masing-masing. Pengembangan jaringan ini madhouses telah dikaitkan dengan
hubungan sosial kapitalis baru dan suatu perekonomian jasa, itu berarti
keluarga tidak lagi mampu atau mau memelihara sanak terganggu. Madness secara
umum digambarkan dalam karya sastra, seperti memainkan Shakespeare. Pada akhir
abad ke-17 dan ke Pencerahan, kegilaan semakin dilihat sebagai fenomena fisik
organik, tidak lagi melibatkan jiwa atau tanggung jawab moral. Sakit
mental yang biasanya dipandang sebagai binatang liar tidak sensitif. Harsh
pengobatan dan menahan diri dalam rantai dilihat sebagai terapi, membantu
menekan nafsu hewan. Ada kadang-kadang fokus pada manajemen lingkungan
madhouses, dari diet untuk latihan rezim terhadap jumlah
pengunjung. perlakuan berat somatik digunakan, mirip dengan yang di abad
pertengahan pemilik rumah gila kadang-kadang membanggakan kemampuan mereka
dengan cambuk. Perawatan di rumah sakit jiwa beberapa masyarakat juga
barbar, sering sekunder ke penjara. Yang paling terkenal adalah Bedlam di
mana pada satu penonton waktu bisa membayar satu sen untuk menonton para
tahanan sebagai bentuk hiburan. Konsep yang berbasis di teori humoral secara
bertahap memberi jalan untuk metafora dan terminologi dari mekanik dan lain
ilmu fisika berkembang. Kompleks skema baru dikembangkan untuk klasifikasi
gangguan mental, dipengaruhi oleh muncul sistem untuk klasifikasi biologis
organisme dan klasifikasi medis penyakit.
Istilah “gila” (dari Inggris Pertengahan berarti retak) dan gila
(dari bahasa Latin yang berarti tidak sehat insanus) datang berarti gangguan
mental dalam periode ini. The “gila”, jangka panjang digunakan untuk
merujuk pada gangguan periodik atau epilepsi, kemudian menjadi identik dengan
kegilaan. ”Madness”, lama digunakan dalam bentuk akar setidaknya sejak
abad-abad awal Masehi, dan awalnya berarti cacat, sakit atau bodoh, datang ke
berarti kehilangan akal atau menahan diri. ”Psikosis”, dari bahasa Yunani
“prinsip hidup / animasi”, telah bervariasi penggunaan mengacu pada suatu
kondisi pikiran / jiwa. ”Gugup”, dari akar Indo-Eropa yang berarti angin
atau twist, otot berarti atau kekuatan, diadopsi oleh fisiologi untuk merujuk
kepada proses elektrokimia sinyal tubuh (sehingga disebut sistem saraf), dan
kemudian digunakan untuk merujuk kepada gangguan saraf dan
neurosis. ”Obsession”, dari akar bahasa Latin yang berarti untuk duduk
pada atau duduk melawan, awalnya dimaksudkan untuk mengepung atau dimiliki oleh
roh jahat, datang berarti ide tetap yang bisa terurai pikiran.
Dengan meningkatnya madhouses dan profesionalisasi dan
spesialisasi kedokteran, ada insentif yang cukup besar untuk petugas medis untuk
terlibat. Pada abad ke-18, mereka mulai saham klaim monopoli atas
madhouses dan perawatan.Madhouses bisa menjadi bisnis yang menguntungkan, dan
banyak meraup keuntungan besar dari mereka. Ada beberapa mantan pasien
reformis borjuis yang menentang rezim sering brutual, menyalahkan baik pemilik
rumah gila dan tenaga medis, yang pada gilirannya menolak reformasi. Menjelang
akhir abad ke-18, sebuah gerakan moral dikembangkan pengobatan, yang menerapkan
pendekatan yang lebih manusiawi, psikososial dan personal. tokoh terkemuka
termasuk Vincenzo Chiarugi medis di Italia di bawah kepemimpinan Pencerahan;
inspektur Pussin mantan-pasien dan petugas medis psikologis cenderung Phillipe
Pinel di Perancis revolusioner, kaum Quaker di Inggris, yang dipimpin oleh
pengusaha William Tuke, dan kemudian, di Amerika Serikat,
kampanye Dorothea Dix. Philippe Pinel di Perancis dan William
Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam
mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa
Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya
usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang
dikemukakan. Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis
yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di
Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha
kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para
penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam
memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara
Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat
disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19. Tokoh lain yang banyak pula
memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham
Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun
dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya
perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut.
Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima
hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak
lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam
rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers
bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya
melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi
kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program
perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya.
Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat
dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia
kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para
penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat
terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang
menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan
yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for
Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for
Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Pendekatan kesehatan mental
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya
tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah
ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang
gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu
tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu
mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik
kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan
itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya
seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Orientasi Penyesuaian
Diri
Dengan menggunakan orientasi
penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks
lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma
lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat
atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat
mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit
mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan
relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu
dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita
pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang
sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu
saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang.
Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau
tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya
kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata
lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari
pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau
‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah
makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya
tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam lingkungannya.
Orientasi Pengembangan
Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
Sumber
Bagus
Takwin staff UI
Teori Kepribadian Sehat
·
Allport
Ciri-ciri kepribadian yang matang : Tujuh kriteria
kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus
dari kepribadian sehat.
1. Perluasaan perasaan
diri
2. Hubungan diri yang
hangat dengan orang lain
3. Keamanan emosional
4. Persepsi realistis
5. Keterampila-keterampilan
dan tugas-tugas
6. Pemahamandiri
7. Filsafat hidup yang
mempersatukan
·
Rogers
A.
Perkembangan kepribadian:
Rogers
tidak terlalu memberi perhatian kepada teori kepribadian. Baginya cara mengubah
dan perhatian terhadap proses perubahan kepribadian jauh lebih penting dari ada
karakteristik keppribadian itu sendiri. Namun demikian, karena dalam konseling
selalu memperhatikan perubahan – perubahan kepribadian, maka atas dasar
pengalamannya Rogers memiliki pandangan khusus yang sekaligus menjadi dasar
dalam menerapkjan asumsi – asumsinya terhadap proses konseling.Rogers
mengungkapkan terdapat tiga unsur yang sangat essensial dalam hubunbgannya
dengan kepribadian, yaitu ;
1.
Self adalah bagian dari kepribadian yang
terpenting dalam pandangan Rogers. Self disebut pula self concept, merupakan
persepsi dan nilai – nilai individu tentang dirinya atau hal – hal lain yang
berhubungan dengan dirinya.
Self meliputi dua hal :
(a) Self real, merupakan gambaran sebenarnya tentang
dirinya yang nyata,
(b) Ideal self, merupakan apa yang menjadi kesukaan,
harapan, atau yang idealisasi tentang dirinya.
2.
Medan Fenomenal (fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman
seseorang yang diterimanya baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kita
mampu memahami fenomenal field seseorang hanya dengan menggunakan kerangka
pemiiran internal individu yang bersangkutan (imternal frame of referance)
3.
Organisme, merupakan keseluruhan totalitas imdividu yang meliputi ; pemikiran,
perilaku dan keadaan fisik. Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan
dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
Kepribadian
menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus menerus antara
organisme, self dan medan fenomenal. Untuk memahami perkembangan kepribadian
perlu dibahas tentang dinamika kepribadian berikut
1. Kecenderungan mengaktualisasikan diri.
2. Penghargaan positif dari orang lain
3. Person yang berfungsi secara utuh.
B. Peranan
Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Positive
regards, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes,dimiliki semua orang, setiap
anak terdorong untuk mencari positive regards.Cara-cara khusus bagaimana
diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung
pada cinta yang diterima anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri itu mulai
berkembang,anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan
ini “penghargaan positif” (positive regards). Anak puas kalau dia
menerima kasih sayang,cinta,dan persetujuan dari orang-orang lain,tetapi dia
kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.
Oleh karena itu,peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Berikan
anak cinta dan kasih sayang yang seutuhnya,jangan sampai anak tidak mengenali
figur dari salah satu atau kedua orang tuanya.
C. Ciri-ciri
Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi
sepenuhnya :
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
2. Kehidupan
Eksistensial
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang
Sendiri
4. Perasaan
Bebas
5. Kreativitas
·
Maslow
Maslow mengembangkan teori tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai
“hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika
satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi
sebagai berikut:
1.
Kebutuhan fisiologis:
kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks,
tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan
akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap
kerugian fisik dan emosional.
3. Kebutuhan
sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4. Kebutuhan
akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga
diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan,
dan perhatian.
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi
diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
·
Erich fromm
Pendekatan
Fromm Terhadap Kepribadian
Fromm
melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia
percaya bahwa kesehatan jiwa harus di definisikan menurut bagaimna baik nya
masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan
menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha
masyarakat. Faktor kunci ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya
kebutuhan-kebutuhan manusia.
Dorongan Kepribadian Yang Sehat
Sebagai
organisme yang hidup, kita didorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan seks. Apa yang penting dalam
mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis. Semua manusia
sehat dan tidak sehat didorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan
antara mereka terletak dalam cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan.
Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif
dan produktif. Orang-orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dengan cara-cara irasional.
Fromm
mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
1. Hubungan
2.
Trasendensi
3. Berakar
4. Perasaan
identitas
5. Kerangka
orientasi
Kodrat Kepribadian Yang Sehat
Fromm
menyebut kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif. Konsep itu
menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia.
Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu merupakan
suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan,
renspons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang,
benda-benda, dan peristiwa-peristiwa didunia dan terhadap diri. Menjadi
produktif berarti orang menggunakan semua tenaga dan potensinya. Kata
“produktif” mungkin menyesatkan karena kita cenderung memikirkan kata itu dalam
pengertian manghasilkan sesuatu seperti barang-barang material, karya-karya
seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih luas daripada ini.
Mungkin berguna kalau memikirkan produktivitas itu sinonim dengan berfungsi
sepenuhnya, mengaktualisasikan diri, mencintai, keterbukaan, dan mengalami.
Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi
mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka, dengan memenuhi semua
kapasitas mereka.
Empat segi
tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan ini adalah
cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagiaan, dan suara hati.
Kepribadian
yang sehat menurut Erich Fromm adalah, pribadi yang produktif yaitu pribadi
yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat
menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat
(konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan
dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan.
Teori Kepribadian Sehat Dalam 3 Mazhab Besar Psikologi
A. Kepribadian Sehat
Berdasarkan Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori
ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938).Freud
pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan
sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran
dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil
dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan
pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah
bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual.
Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat
disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan
mental yang disebut psikoneurosis.
Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah
ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran.
Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan
ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar
gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan
metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.Teori psikologi Freud didasari
pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang
sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah
laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis
yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian,
dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu
ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia
berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi
kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring
dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral
masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya
Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai
apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada
kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena
gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan
pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang
menggambarkan ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang
mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini
mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya
sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga
sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan
relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan
produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem
berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1.Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu
bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan
belajar
3.Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego
terhadap id dan ego
4.Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan
dan keinginan
B. Kepribadian Sehat Menurut
Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan
respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan
bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari
kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme
sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang
dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan
pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari.
Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan
pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku
manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita
sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan
adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa
respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar
masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini
memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu
pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang
berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri
sendiri.jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara
pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu
sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan
menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan
respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat
sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan
bawaan sendiri
4. Menekankan
pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
C. Kepribadian Sehat Menurut
Humanistik
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Prinsip- prinsip belajar humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan
murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa
dalam memperoleh caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa
melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses
belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi
hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
10.Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
A.
Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery) .Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi (adaptation),
padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam
arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut Sunarto dan Hartono (1995)
terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:
Penyesuaian diri positif ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:
- Tidak adanya ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.
Ada tiga
bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
- Reaksi bertahan (defence reaction) : Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan.
- Reaksi menyerang (aggressive reaction) : Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.
- Reaksi melarikan diri (escape reaction) : Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.
B. PERTUMBUHAN
PERSONAL
Pengertian pertumbuhan personal :
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola
tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah
laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian
suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui
pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan individu, yaitu :
1. Faktor Biologis
2.
Faktor Geografis
3.
Faktor Kebudayaan Khusus
Menjelaskan beberapa konsep yang
berkaitan dengan pertumbuhan personal
1.
Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan
pertumbuhan
2. Variasi dalam
pertumbuhan
3. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Sumber :
Schultz, D. (1991). Psikologi
Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat.
Alih bahasa : Yustinus. Yogya :
Kanisius
• Nurihsan, J. 2007.Teori
Kepribadian.Bandung .T Remaja Rosdakarya.
• Suryabrata, Sumadi. 2008.
Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo
Persada.Jakarta.
• Hall, Calvin S.,Lindzey, Gardner.
1993. Teori Kepribadian 1: Teori-Teori
Psikodinamk ( Klinis ). Kanisius.
Yogyakarta.
• Hall, Calvin S,. Lindzey,
Gardner. 1993. Psikologi Kepribadian 2 : Teori-
Teori Holistik (
Organisnik-Fenomenologi ). Kanisius. Yogyakarta.
http://psyche2nest.wordpress.com/2012/04/26/teori-kepribadian-sehat/
http://salvinirayyan-tugas.blogspot.com/2011/03/kepribadian-sehat-menurut-psikoanilsa.html
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali
Pers.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah
Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi
umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of Personality, Amerika
: Mc Graw Hill.
Sunarto
& Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik.
Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.
Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju.
Hariyadi, Sugeng dkk. (1998). Perkembangan peserta didik. Cetakan ke 3. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia
Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju.
Hariyadi, Sugeng dkk. (1998). Perkembangan peserta didik. Cetakan ke 3. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia
Pengertian stress
·
Arti penting strees
Stress menurut Hans
Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi
orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan
berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut
dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis
dan psikologis.
-
Efek-efek stress menurut
Hans selye :
Stress dapat
menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan
atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang
dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah,
berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya
stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,stressor ialah
stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum
dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri
seseorang (mis. Kondisi sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal
berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan
(mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll ).
-
Faktor-faktor individual
dan sosial yang menjadi penyebab stress :
Ø Sumber-sumber stress didalam diri
seseorang
Ø Sumber-sumber stress di dalam keluarga
Ø Sumber-sumber stress didalam komunitas
dan lingkungan
Ø Pekerjaan dan stress
Ø Stress yang berasal dari lingkungan
·
The General Adaptation
Syndrome (GAS)
Dengan bahasa latin,
Hans Selye,M.D. menjelaskan tahapan stress ini dan menyebutkan sebagai The General Adaptation Syndrome (GAS),
menurut Selye GAS juga terdiri dari 3 tahap :
1.
Reaksi
terkejut (alarm reaction) ketika tubuh mulai mendeteksi stimulus dari luar
2.
Adaptasi
(adaptation) ketika mengeluarkan perangkat pertahanan melawan sumber stress
(stressor).
3.
Kelelahan
(exhaustion) ketika tubuh mulai kehabisan daya pertahanannya.
-
Tipe-tipe stress :
1.
Tekanan
2.
Frustasi
3.
Konflik
4.
Kecemasan
-
Pendekatan problem
solving terhadap stress
Ø Strategi koping yang
spontan mengatasi strees :
ü Dukungan sosial dan konsep-konsep terkait
: beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau ‘kualitas
hubungan’ (Winnubst dkk,1988). Menurut Robin & Salovey (1989) perkawinan
dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang penting. Akrab
adalah penting dalam masalah dukungan sosial, dan hanya mereka yang tidak
terjalin suatu keakraban berada pada resiko. Para ilmuan lainnya menetapkan
dukungan sosial dalam rangka jejaring
sosial. Wellman(1985) meletakkan dukungan sosial didalam analisis jaringan
yang lebih longgar : dukungan sosial yan hanya dapat dipahami kalau orang tahu
tentang struktur jaringan yang lebih luas yang didalamnya seorang terintegrasi.
Segi-segi struktural jaringan ini mencangkup pengaturan-pengaturan hidup,
frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam
jaringan sosial (Ritter,1988). Rook (1985) menganggap dukungan sosial sebagai
satu diantara fungsi pertalian (atau
ikatan) sosial. Segi-segi fungsional mencangkup : dukungan emosional,
mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian
bantuan material (Ritter, 1988).
Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari
hubungan interpersonal.
ü Dukungan sosial sebagai ‘kognisi’ atau
‘fakta sosial’ : “Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal
dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerimaan”(Gottlieb, 1983).
Jenis dukungan sosial :
o Dukungan emosional
o Dukungan penghargaan
o Dukungan instrumental
o Dukungan informatif
Pengertian coping dan Jenis – jenis coping (koping) stres
·
Definisi Coping :
strategi
coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi stres yang
menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif
maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping
yang efektif umtuk dilaksanakan adalah
coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan
dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan
folkman).
·
Jenis – jenis koping
stres :
a.
Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis
tergantung pada dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap
stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut
terhadap stressor yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu;
artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan,
tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun
psikologis.
b.
Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah,
menyerang, menarik diri dan kompromi.
1. Prilaku menyerang
2. Prilaku menarik diri
3. Kompromi
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1.Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha
tingkah laku yang dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka,
ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah
dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau
tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang
dialami.
Ada 4
macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi luka
b. Agresi
c. Penghindaran
(Avoidance)
d. Apati
2.
Peredaan atau
peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi,
menghilangkan dan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik
atau gambaran afeksi dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang
bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis
ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri
individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2
jenis koping peredaan atau palliation:
a.
Diarahkan
pada gejala (Symptom Directid Modes)
b. Cara
intra psikis
· Jenis – jenis koping yang konstruktif dan
positif.
Jenis-jenis koping yang konstruktif atau
positif (sehat) Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang
dianggap konstruktif: yaitu:
1. Penalaran
(reasoning)
2.
Objektifitas
3. Konsentrasi
4. Penegasan
diri (self assertion)
5. Pengamatan
diri (self observation)
Sumber :
Christian,M.2005.Jinakkan
stress.Bandung:Nexx Media
Smet,Bart.1994.Psikologi
kesehatan.Jakarta:Gramedia.
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan Personal
A. Penyesuaian Diri
dan Pertumbuhan
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik yang
hampir selalu membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin
tetap dan tidak merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani
tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh
yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena
sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di
perlukan.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian
diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh
seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di
lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan.
Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup
pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel
mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus.
Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Ada beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :
1. Memiliki
Persepsi yang Akurat terhadap Realita
2. Memiliki
Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan
3. Mempunyai Gambaran
Diri yang Positif tentang dirinya
4. Memiliki
Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya
5. Mempunyai
kemapuan Relasi Interpersonal yang baik
Individu yang memiliki serta memenuhi ciri-ciri tersebut
dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki kesehatan mental yang positif.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu:
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian Pribadi
2. Penyesuaian Sosial
Pembentukan Penyesuaian Diri
Banyak faktor yang mempegaruhi penyesuaian diri, ada dari
faktor lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya.
a). Lingkungan Keluarga
b) Lingkungan Teman Sebaya
B. Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa
pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus. Proses
Pertumbuhan Individu secara fisik Dari bayi hingga tua kita sebagai manusia
normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Penyesuaian diri dengan
lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak
semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan
usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat
rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan
penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani
seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi
yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik
memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi
pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri,
atau menyadari kenyataan.
2.Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali,
dan
3.Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau
berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor biologis
2. Faktor geografis
3. Faktor budaya
Sumber
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Christensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta
Schuler, E. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations,
Thousand Oaks: Sage, 2002
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta
didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
http://dedeh89-psikologi.blogspot.com/2013/03/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya
menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
A.
Model Hubungan Interpersonal
ü Model
Pertukaran sosial( social exchange model)
ü Model peranan (role model)
ü Model
Permainan ( games people play model).
ü Model
Interaksional
B.
Adapun tahap-tahap untuk menjalin
hubungan interpersonal
1.
Pembentukan
2. Peneguhan
Hubungan
3. Pemutusan
Hubungan
C. Intimasi dan hubungan pribadi
Menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah
sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan
satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi mmasing-masing yang
terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas
yang sama. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk
tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap
orang lain. Untuk menjalin hubungan pribadi diperlukan adanya intimacy Cinta
interpersonal membutuhkan tiga hal: Intimacy, Passion, dan Commitment.
D.Intimasi dan
pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah
laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993)
berpendapat bahwa suatu hubungan intim
adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk
memperlihatkan pribadi masing-masing yang
terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Sumber
Hubungan Interpersonal - http://psikologi.or.id
Hubungan Interpersonal - http://psikologi.or.id
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river
:person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner.,
(2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
Cinta dan perkawinan
Cinta
adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.
Perkawinan
adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan
umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
A. Memilih
Pasangan
Memilih pasangan hidup bukanlah perkara
mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka ditawari
untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih pacar yang bisa
dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak
untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan
yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah dibandingkan
dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
B. Hubungan dalam
Perkawinan
Simak dulu
pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage
and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
Tahap pertama : Romantic Love.
Tahap kedua :
Dissapointment or Distress.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness.
Tahap keempat : Transformation
Tahap kelima : Real Love.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam
Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering
tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan
terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan
antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu
saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau
persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis. Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah
perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila
hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan
penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah
hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu
mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
D. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak
dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui
masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang
membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua
kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama
menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk
menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun
bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa
anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang
tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan
nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya,
Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan,
kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi
sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung
mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu
akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus
kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan. Esensi dalam pernikahan
adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika ingin
sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu,
jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah
perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap
untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain Pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah?
Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang.
Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita
waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi,
perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih
untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang
melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single
adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang
untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap
hidup melajang. Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian,
sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka
bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan
jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja
lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan
karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi
alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum
memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri. Banyak yang mengatakan seorang masih melajang
karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna
sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya
tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita
cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian. Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri,
berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan
dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang
disukai dengan sesama pelajang. Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia
sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya,
tetapi telah menikah. Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk
dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau
adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak
melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh. Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua. Arus modernisasi dan gender
membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan
melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan
lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama
kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Sumber:
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
-
Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)