Pengertian coping dan
Jenis – jenis coping (koping) stres
·
Definisi Coping :
strategi coping merupakan suatu
upaya indivdu untuk menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah
yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun prilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang
tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
·
Jenis – jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada
umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua
factor yaitu:
1.
Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa
berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang
diterimanya.
2.
Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Yang
biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang, menarik
diri dan kompromi.
1. Prilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat
merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan
agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak
senangannya.
2. Prilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan
diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu
secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ;
individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi,
dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri
seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada
individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang
dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi
dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah
yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan
masalah dapat diselesaikan.
Kaitan
antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli
yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976).
Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal
yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
Lazarus
membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1.
Tindakan langsung (direct Action)
Koping
jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu untuk
mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah
hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan
koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan
posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada
4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi
luka
Individu
melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan
yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya,
dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai belajar
sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum
ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya baik disbanding dengan
semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja.
Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan
tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal
terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b. Agresi
Agresi
adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai
mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai
dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh pemerintah Jakarta terhadap
penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena
pemerintah memilki kekuasaan yang lebih besar disbanding dengan penduduk
setempat yang digusur.
Agresi
juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang yang
melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena orang
selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa kemarahan dan
luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang meledak-meledak.
Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan usaha membunuh
orang.
Agresi
ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan
semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi, sehingga harga diri orang
yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif
berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang suka mentolerir orang lain,
berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihak-pihak yang lemah, dan
lain-lain.
c.
Penghindaran (Avoidance)
Tindakan
ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya
sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi
yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka
karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti aceh.
d. Apati
Jenis
koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara
individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang
melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari
situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang Cina
yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah
terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati terjadi bila tindakan
baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi maupun advoidance
sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi berulang-ulang. Dalam
kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan berulangkali menjadi korban
ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan reaksi apati dikalangan mereka.
2.
Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis
koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi
tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan tekanan
emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan
bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif
tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah
persepsi atau reaksi emosinya.
Ada
2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom
Directid Modes)
Macam
koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu
melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan
emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut. Penggunaan
obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol merupakan bentuk koping
dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak selamanya cara ini bersifat
negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan
juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt bersifat positif.
b. Cara intra psikis
Koping
jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan
perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah
Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut
sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang
bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari kelemahan atau
kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya: yaitu dengan jalan
mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.
·
Jenis – jenis koping yang
konstruktif dan positif.
Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)
Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap
konstruktif: yaitu:
1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi
bebagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu
alternate yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang
dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih
alternative yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil
dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk
melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan
memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan
membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk
terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang
tidak mampu berkonsetrasi ketika menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah
terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan
menjadi seakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi
pemicu stress dengan cara mengekpresikan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau
memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama dengan tidakan agresi.
Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang
bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan perasaan orang lain.
Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan
untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspreksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau
mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, cirri, sifat sendiri, dan
seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin
mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memilki kemampuan untuk
melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang
diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan
melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam
keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
Sumber
: